Jumat, 17 Maret 2017

PROSES SELEKSI BENIH POKOK TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) VARIETAS WILIS DI BALAI BENIH UTAMA PALAWIJA LEBAK SARI - PASURUAN

PROSES SELEKSI BENIH POKOK TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) VARIETAS WILIS DI BALAI BENIH UTAMA PALAWIJA LEBAK SARI - PASURUAN



KULIAH KERJA PROFESI
(KKP)





Diajukan Oleh:

FITRIYA PEBRIANA
1325010048











KEPADA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
2016


I.    PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Tanaman Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi (Tatipata et al., 2004).  Tanaman kedelai memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama protein (40%), lemak (20%), karbohidrat (35%), dan air (8%) ( Suprapto, 1999) dan mudah tumbuh diberbagai wilayah Indonesia.  Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung.
Produksi kedelai tahun 2015 diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 24,67 ribu hektar (4,01 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar  0,09 kuintal/hektar (0,58 persen). Namun angka ini masih kalah dibandingkan impor kedelai yang dilakukan Indonesia pada tahun 2014. (Badan Pusat Statistika, 2015).
Keberhasilan dalam budidaya pertanian sangat ditentukan oleh benih yang digunakan.  Benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu budidaya tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dalam penggunaan benih sehingga didapatkan benih yang unggul. Menurut FAO, peningkatan campuran varietas lain dan kemerosotan produksi sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman merupakan akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya.  Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya karena bebas dari serangan hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya. (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
Seleksi adalah kegiatan yang harus dilaksankan oleh produsen benih selama proses produksi benih agar benih yang diproduksinya mampu mempunyai mutu yang tinggi baik mutu fisiologis maupun genetis. Benih bermutu adalah Benih yang mampu berkecambah dalam kondisi yang cukup baik, mampu menghasilkan bibit yang berkualitas tinggi yaitu dapat tumbuh dengan baik serta tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.  Faktor yang mempengaruhi mutu suatu benih yaitu faktor Genetis (kemurnian varietas), Faktor lingkungan, Faktor perlakuan pascapanen.  Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi jumlah pemakain benih dan tanam ulang serta memiliki daya kecambah dan tumbuh yang tinggi sehingga pertanaman kelihatan seragam. Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan bermutu pula jika diikuti dengan perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi yang berimbang. Sebaliknya, bila benih yang digunakan tidak bermutu maka produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak lebih baik dari penggunaan benih bermutu. Penggunaan benih bermutu diharapkan mampu mengurangi berbagai faktor resiko kegagalan panen.  Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan benih unggul dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh petani.  Di indonesia sendiri pengunaaan benih unggul mulai digencarkan, hal ini terbukti dengan adanya sertivikasi benih yang diselenggarakan oleh pemerintah.
demikian maka penting mengetahui proses seleksi dalam kegiatan produksi benih, agar dapat mengamati secara langsung proses seleksi benih di lapang.


1.2      Tujuan
1.2.1      Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini adalah:
a.      Memenuhi kurikulum wajib yang telah diteteapkan oleh Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi.
b.      Melengkapi pengetahuan, keterampilan dan pemahaman akademik yang diperoleh mahasiswa melalui perkuliahan, tugas, praktikum, dan lain-lain selama dibangku kuliah.
c.      Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan pengamatan visual secara langsung tentang keadaan dan kondisi yang ada di lapang, serta kejadian nyata di masyarakat khususnya petani.
d.      Membandingkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan dengan diterapkan dan menelaahnya.
1.2.2      Tujuan khusus
Tujuan khusus  dari kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini adalah untuk mengetahui proses seleksi benih pokok pada tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) varietas wilis di UPT Balai Benih Utama Palawija Lebak Sari – Pasuruan.
 
1.3         Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di UPT Balai Benih Utama Palawija Lebak Sari – Pasuruan ini adalah:
1.3.1    Bagi Mahasiswa
Kuliah kerja profesi ini diharapkan sebagai sarana aplikasi teori yang telah diperoleh selama dalam perkuliah dengan praktek sebenarnya dilapangan, sehingga dapat menambah wawasan dari mahasiswa. Melatih mahasiswa untuk bekerja mandiri dilapang sekligus menyesuaikan diri dengan keadaan dilapang yang nantinya akan menjadi bekal untuk turun didunia kerja

1.3.2      Bagi Perguruan Tinggi
Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi, pemerintah dan instansi serta mengenalkan Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur pada instansi Pemerintah.  Sehingga terjalin hubungan yang baik dengan tidak mengabaikan kemungkinan kerja sama antara mmahasiswa, perguruan tinggi dan perusahaan.


Minggu, 16 Oktober 2016

Jalur Menuju MT. Rinjani

Jalur Menuju Rinjani

Jalur resmi pendakian Gunung Rinjani ini untuk memudahkan para pendaki yang ingin menuju gunung Rinjani di Lombok Nusa Tenggara Barat. Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl adalah gunung yang selama ini sering menjadi tujuan utama para pendaki lokal maupun internasional karena tingkat keindahannya memang di atas rata - rata dengan adanya Danau Segara Anak di kawasan puncaknya.

Ada beberapa jalur resmi dan utama yang sering di gunakan oleh pendaki Rinjani. Berikut ini jalur - jalurnya.
1. JALUR SENARU
Jalur pendakian Senaru merupakan jalur pendakian paling ramai, hal ini disebabkan selain sebagai jalur wisata treking juga kerap dipergunakan sebagai jalur pendakian oleh masyarakat adat yang akan melakukan ritual adat / keagamaan di puncak Rinjani atau Danau Segara Anak. Pusat Pendakian Terpadu ( Rinjani Trek Centre ) Senaru.
Rute pendakian yaitu Senaru - Pelawangan Senaru - Danau Segara Anak dengan berjalan kaki memakan waktu ± 10 - 12 jam melalui trail wisata yang berada dalam hutan primer dan sepanjang jalan trail telah disediakan sarana peristirahatan pada setiap pos. Dari pintu gerbang Senaru sampai Danau Segara Anak terdapat tiga pos. Sepanjang jalan trail pengunjung dapat menikmati keindahan hutan belantara dan bebatuan yang menakjubkan.
Untuk memperoleh informasi mengenai pendakian Gunung Rinjani telah disediakan Pusat Pendakian Terpadu ( Rinjani Trek Centre ) atas kerjasama Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dengan NZAID ( New Zealand Asistance International Development ), Dari Danau Segara Anak bila anda ingin melanjutkan perjalan ke Puncak Gunung Rnjani anda harus menuju ke pelawangan sembalun yang membutuhkan waktu ± 4 Jam, dari pelawangan sembalun ke Puncak Rinjani membutuhkan waktu 4 - 5 Jam.
Pendakian ke puncak umumnya dilakukan pada pukul 2 dinihari, ini dimaksudkan agar pada pagi harinya dapat menikmati matahari terbit ( Sunrise ) dari Puncak Gunung Rinjani serta dapat menikmati pemandangan seluruh pulau Lombok bahkan pulau Bali apabila cuaca cerah.
- Mataram - Senaru ( ± 3 - 4 Jam Kendaraan Umum )
- Senaru - Danau Segara Anak ( ± 7 - 10 Jam Jalan Kaki )
- Danau Segara Anak - Pelawangan Sembalun ( ± 4 Jam Jalan Kaki )
- Pelawangan Sembalun - Puncak Rinjani ( ± 2 - 3 Jam Jalan Kaki )

2. JALUR SEMBALUN
Jalur Sembalun merupakan jalur yang ramai dilalui oleh pengunjung terutama oleh para penggemar treking. Rute yang dilalui adalah gerbang sembalun lawang - pelawangan sembalun - puncak rinjani memakan waktu 9 - 10 jam. Jalur ini sangat dramatis dan mengesankan trail wisata yang anda lalui merupakan padang savana dan punggung gunung yang berliku - liku dengan jurang disebelah kiri dan kanan jalur.
Dibandingkan jalur Senaru, jalur pendakian ini tidak terlalu curam, namun karena didominasi oleh padang savana menjadikan perjalanan anda bermandikan peluh oleh teriknya matahari yang menyengat, namun semua itu akan sirna saat anda dibuat terpana oleh indahnya pemandangan padang dan hutan yang luas sepanjang lembah - lembah nan hijau disebelah timur Gunung Rinjani, bahkan mata anda akan dimanjakan oleh indahnya selat Alas dan Pulau Sumbawa di kejauhan.
Setelah tiba di puncak Rinjani anda bisa beristirahat sejenak sembari menikmati panorama alam dan berbangga diri telah menginjakkan kaki disalah satu kaki langit di Indonesia serta menimbulkan rasa kekaguman akan ciptaan Tuhan.
- Mataram - Sembalun ( ± 4 - 5 jam kendaraan umum )
- Sembalun Lawang - Puncak Gunung Rinjani ( ± 7 Jam Jalan Kaki )
- Sembalun Lawang - Danau Segara Anak ( ± 2 - 3 Jam Jalan Kaki )
3. JALUR TOREAN
Sepanjang jalur ini, dari Desa Torean menuju kali Tiu ( batas TNGR ) yang merupakan Pos I pendakian dapat dijumpai ladang, padang pengembalaan, perkebunan dan merupakan kawasan Hutan Produksi. Kemiringan 20 - 45% jarak desa Torean dengan batas TNGR ( Pos I ) ± Km 5,00 Km dengan kemiringan ±10 - 30%.
Flora yang dapat dijumpai yakni: Bajur, Klokos Udang, Rotan Hutan, Bangsal, Lengsir, Jambu, Bunut, Blimbing Hutan, Juwet, Paku - pakuan, Ketimunan, Rajumas, Tapan Dawa. Sedangkan Fauna yang dapat dijumpai yakni: beberapa jenis burung ( perkici, Daweuh, Kecial, Srigunting ).
Jarak dari Pos III Torean menuju ke Plawangan Torean ± 3,50 Km dengan kemiringan ± 30 - 40%, sepanjang perjalanan kita akan berada dalam apitan 2 buah gunung dan kita juga dapat menikmati aliran sungai ( Kokok ) Putih.
- Mataram - Torean ( ± 4 - 5 Jam Kendaraan Umum )
- Torean - Danau Segara Anak ( ± 8 - 9 Jam Jalan Kaki )


Pendaki Semeru

RUTE TRANSPORTASI Dari SURABAYA
·        
 
Naik Bus Dari Terminal Bungurasih/Purabaya menuju Terminal Arjosari Malang (Patas Rp 15.000 / eko Rp 10.000). Dari terminala Arjosari Bisa langsung naek angkot ke pasar tumpang Rp 4.000
·         Dari Stasiun (Kota,gubeng,wonkromo dll) naik kereta Penataran jurusan Blitar turun di St. Malang Kota Baru Rp 5.000, setelah itu bisa charter angkot Rp 10.000/orang ke Pasar Tumpang (turun di depan alfamart tumpang/depan pasar) untuk mengambil formulir perijinanan dan akan diteruskan di pos perijinan Ranu Pani.
Note : Untuk syarat pendakian ke Semeru dibutuhkan Surat Keterangan dari dokter/puskesmas dan Foto copy KTP (Masing2 difotocopy 2 lembar)
Setelah sampai pasar tumpang untuk mencapai Pos Ranu Pani kita bisa menumpang truk sayur yang banyak tersedia di sekitar pasar tumpang (sekitar Rp 30.000 – 50.000 / orang)
Atau juga kita bisa sewa Mobil Hardtop yg mampu menampung 18 orang dengan harga Rp 450.000 sekali jalan (450.000 : 18 = 25.000 Murah Kan..), Saya sarankan untuk menyewa Hardtop ini karena nantinya kita juga bisa minta dijemput di Ranu Pani waktunya sesuai dengan kehendak kita.
Sesampainya di Pos Ranu Pani kita harus mengurus perijinan untuk mendaki yg biayanya Rp 7.000 /orang. Di pos ini pun kita dapat mencari porter (warga lokal untuk membantu menunjukkan arah pendakian, mengangkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni danau Ranu Pani (1 ha) dan danau Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.
Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi.
Rute Pendakian
Setelah sampai di gapura “selamat datang”, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam.
Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala.
Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Disini terdapat batu terjal yang sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km.
Ranu Kumbolo
Di Ranu Kumbolo dapat mendirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.
Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin(sebenarnya ada mata air di pos kali mati jaraknya sekitar 30 menit dari pos namun airnya kadang ada kadang tidak ada). Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel.
Selanjutnya memasuki hutan Cemara dimana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.
Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.
Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung.
Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.
Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor.
Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 – 10 derajad Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajad Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember – Januari sering ada badai.
Secara umum iklim di wilayah gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm – 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November – April. Suhu udara dipuncak Semeru berkisar antara 0 – 4 derajat celsius.
Suhu rata-rata berkisar antara 3°c – 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c – 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.



Minggu, 09 Oktober 2016

dppw

Ringkasan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu Timur
Juardi/1325010052
Struktur Ruang
Description: petalutim
Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak di sebelah selatan Katulisiwa. Tepatnya diantara 2’03’00” – 3’03’25” Lintang Selatan dan 119’28’56” – 121’47’27” Bujur Timur, dengan luas wilayah 6.944.88 km2. Sekitar 11,14 persen Profinsi Sulawesi Selatan merupakan luas wilayah Kabupaten Luwu Timur.
Kabupaten Luwu Timur merupaka kabupaten paling timur dari Profinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan langsung dengan Profinsi Sulawesi Tengah di sebelah Utara. Sedangkan di sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Profinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone. Sementara itu, batas sebelah Barat merupakan Kabupaten Luwu Utara.
Di Kabupaten Luwu Timur terdapat 14 sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Kalaena dengan panjang 85 km. Sungai tersebut melintas di Kecamatan Mangkutana. Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Bambalu dengan panjang 15 km.
Selain itu, di Kabupaten Luwu Timur juga terdapat lima danau. Kelima danau tersebut antara lain danau Matano (dengan luas 245.70 km2), Danau Mahalona (25 km2), dan Danau Towuti (585 km2), Danau Tarapang Masapi (2.43 km2) dan Danau Lontoa (1.71 km2). Danau Matano terletak di Kecamatan Nuha sedangkan keempat danau lainnya terletak di Kecamatan Towuti.
Kabupaten Luwu Timur merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Selama tahun 2011, tercatat rata-rata curah hujan mencapai 258 mm, dengan rata-rata jumlah hari hujan per bulan mencapai 17 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yakni 393 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 23 hari.
Description: Hasil gambar untuk kawasan budidaya di kabupaten luwu timur Description: Hasil gambar untuk kawasan budidaya di kabupaten luwu timur kelautan

Kawasan Budidaya

a.    Kawasasn Budidaya Kelautan
Dengan panjang garis pantai 117,4 km, Kabupaten Luwu Timur memiliki potensi kawasan budidaya laut yang cukup besar.  Komoditas yang menjadi unggulan adalah Rumput Laut Euchema cottonii dengan produksi pada tahun 2009 sebesar 2.636 Ton dari 314 unit dengan produktifitas 8,4 Ton/Ha, dan komoditas ini mengalami peningkatan produksi yang signifikan dari tahun ke tahun. Saat ini komoditi rumput laut Euchema cottonii menjadi salah satu primadona aktivitas budidaya di Kecamatan Burau dan Wotu pada kawasan budidaya perairan terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu perairan laut dan air tawar.
b.    Kawasan Budidaya pertanian
Kriteria  bagi  kawasan  budidaya  secara  umum didasarkan  pada  faktor - faktor kesesuaian  lahan  untuk  dikembangkan  sebagai  kagiatan  budidaya  tertentu.  Secara rinci, kriteria dan klasifikasi kawasan budidaya dapat dilihat pada tabel berikut.
Lahan sawah di Kabupaten Luwu Timur seluas 20.017 Ha, terdapat 9.267 Ha yang menggunakan sistem pengairan/irigasi teknis, 7.587 Ha beririgasi setengah teknis, 210 Ha beririgasi sederhana, 1.616 Ha merupakan sawah tadah hujan, pasang surut 50 Ha dan 1.285 Ha beririgasi desa/non PL. Lahan kering di Kabupaten Luwu Timur diantaranya digunakan untuk rumah/pekarangan, tegal/kebun, ladang/huma, tanah gembala/padang rumput, rawa-rawa yang tidak ditanami, tambak, kolam/tebat, lahan sementara yang tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan dan lainnya. Persentase penggunaan lahan kering di Kabupaten Luwu Timur yang paling banyak adalah untuk hutan Negara, yakni sebesar 36,97 persen.
Rata-rata Produktivitas padi (padi sawah dan padi ladang) di Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2010 sebesar 59,50 Kw/Ha dengan luas panen sebesar 28.678,00 Ha dan produksi 170.620,49 ton. Kecamatan penyumbang produksi padi terbesar adalah Kecamatan Burau dengan total produksi sebesar 30.954,52 ton dan luas panen bersih sebesar4.886 Ha serta memiliki produktivitas yaitu 63,60 Kw/Ha.
Komoditi tanaman pangan yang dihasilkan Kabupaten Luwu Timur adalah jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Dibandingkan dengan tahun lalu produksi komoditi tersebut mengalami kenaikan hampir di setiap komoditi kecuali kacang kedelai dan kacang hijau yang mengalami penurunan produksi.
Kawasan Lindung
Kabupaten Luwu Timur sebagian besar daerahnya merupakan wilayah hutan. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kabupaten Luwu Timur, sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat luas Hutan Lindung adalah 235.998,34 Ha, luas Hutan Produksi adalah 117.940,98 Ha. Sementara itu luas kawasan konservasi adalah 183.624,08 Ha. Ada tiga jenis produksi kayu hutan yang diproduksi di Kabupaten Luwu Timur, diantaranya kayu bulat, kayu gergajian dan kayu lapis. Diantara ketiga jenis kayu tersebut, kayu bulat yang paling banyak diproduksi yaitu sebanyak 44.297,84 m3.
Produksi disektor ini utamanya adalah produksi kayu dan non kayu. Program pemerintah untuk mempertahankan produksi tersebut diantaranya adalah rehabilitasi hutan dan lahan, pengamanan kawasan hutan, pemberdayaan masyarakat yang berada di dalam kawasan dan di sekitar hutan serta penciptaan iklim investasi dan peluang usaha di sektor kehutanan.
Hasil hutan yang utama di Kabupaten Luwu Timur adalah kayu yang berasal dari hutan alam, sedangkan dari hutan tanaman rakyat antara lain gemelina dan albasiaf.
Luas hutan di Kabupaten Luwu Timur berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) adalah :
- Hutan Lindung
235.998,34 ha
- Hutan Suaka Alam (HSA) dan Hutan Wisata
183.624,08 ha
- Hutan Produksi Terbatas (HPT)
88.252,57 ha
- Hutan Produksi biasa (HP)
7.940,13 ha
- Hutan Konversi (HK)
21.748,28 ha
- Hutan dengan tujuan khusus
744,30 ha


Description: Hasil gambar untuk peta kawasan pertanian di luwu timur
Kawasan Agropolitan
Pengembangan kawasan agropolitan pada kabupaten luwu timur pengembangan di mulai dari pemetaan kawasan-kawasan yang sudah terdapat beberpa komoditas pertanian seperti kec. Tomoni, Kec. Mangkutana, Kec. Sorowako dan sebagainya.
Pemetaan ini sebagai acuan pengembangnnya, kawasan- kawasan yang sudah di petakan ini sebagai penguat untuk mengembangkan konsep Agropolitan.